Rabu, 02 September 2020

Penyebab Runtuhnya VOC

Pada 100 tahun pertama riwayat VOC, telah meraih sukses luar biasa yakni dengan mencetak laba yang menggiurkan. Hal ini karena faktor keberhasilan De Heren XVII yang menangani secara langsung manajemen VOC. Perusahaan dagang ini beroperasi di kawasan Asia, terutama Nusantara, yang berada di bawah kendalinya. Namun nyatanya riwayat 100 tahun kedua VOC adalah riwayat merosotnya perusahaan dagang ini secara gradual. Nampaknya, Suksesnya VOC di bidang niaga tidak diimbangi dengan suksesnya di bidang militer. Dalam pasal 24 dan 35 dari hak oktroi menentukan bahwa siapapun, kecuali VOC, dilarang melayari lautan antara Tanjung Pengharapan sampai Selat Magellan. Tetapi dalam kenyataannya, kapal-kapal Inggris, Portugis, & Spanyol dengan leluasa melayari perairan di daerah itu, bahkan tanpa kontak senjata yang berarti.
 telah meraih sukses luar biasa yakni dengan mencetak laba yang menggiurkan Penyebab Runtuhnya VOC
Sukses militer VOC dalam usahanya menghadapi para pesaing Eropa di Nusantara barangkali hanya di Ambon, ketika berhasil mengusir orang-orang Portugis dari bentengnya pada tahun 1605. Benteng Portugis itu kemudian diganti namanya menjadi New Victoria/dikenal sebagai Benteng Victoria. Namun keberhasilan itu, hanya sebagian besarnya saja. Hal itu dikarenakan bantuan orang Hitu & penduduk pribumi Ambon yang tidak tahan di tindas Portugis.

Sedangkan di luar Nusantara suksesnya VOC, yang dapat dicatat adalah keberhasilannya menaklukkan Malaka & mengusir Portugis dari sana pada tahun 1641. Di samping itu, di Filipina, VOC tidak dapat berbuat apapun dalam menghadapi Spanyol yang menduduki negeri itu.

Faktor Kemerosotan Laba
Di dekade kedua menjelang tahun 1800, VOC mengalami kemerosotan laba yang sangat drastis, terutama karena disebabkan pengeluaran biaya peperangan yang demikian besar, di saat menurunnya daya saing VOC terhadap Inggris, Portugis & Spanyol. Namun persaingan yang lebih kuat yakni datang dari para pedagang Jawa, Cina, Gujarat, & Arab yang oleh VOC dianggap lebih berbahaya dari pedagang Eropa. Selain itu juga, karena adanya penyelundupan yang dilakukan pedagang asal Bugis & pedagang Lokal (pedagang Tidore & Bacan) yang ternyata turut menyebabkan merosotnya laba VOC setempat.

Faktor SDM yang tidak berkualitas
Penyebab keruntuhan VOC khususnya di bidang sumber daya manusia/SDM, yang bekerja di Asia, nampaknya dikarenakan tidak semua SDM VOC itu berkualitas, terutama dalam dekade terakhir kekuasaannya. Perlu diketahui juga sebagian besar aparatnya bukan orang Belanda, namun para petualang, gelandangan, penjahat, & orang-orang bernasib jelek dari seluruh Eropa yang mengucapkan sumpah setia kepada VOC. Ketidakjujuran, ketidakberdayagunaan, nepotisme, & alkoholisme tersebar luas di kalangan aparat VOC itu. Jadi karena kondisi & mutu SDM tersebut VOC dikendalikan & dikelola, sehingga menjadi faktor potensial yang mendorong VOC menuju keruntuhan.

Faktor Korupsi
Faktor korupsi merupakan salah satu potensi besar yang menjadi penyebab kebangkrutan VOC. Dalam setiap kapal yang berlayar ke negeri Belanda & negeri-negeri Eropa lainnya yang syarat dengan muatan ekspor, hampir separuh muatannya adalah titipan/selundupan milik pegawai-pegawai VOC tertentu. Korupsi ini, nampaknya dilakukan mulai dari pejabat-pejabat yang bergaji sekitar 16-24 Gulden, hingga pejabat paling puncak, seperti gubernur jenderal bergaji f700. Sebagian gubernur jenderal, setelah berhenti dari VOC, mendadak menjadi orang kaya baru. Van Hoorn pada tahun 1704 menjadi Gubernur Jenderal VOC yang menggantikan mertuanya, Willem van Outhoorn, yang menjabat Gubernur Jenderal dari 1691-1704 (VOC), menduduki jabatan, hal ini nampaknya karena praktek nepotisme mertuanya. Setelah tidak lagi menjabat Gubernur Jenderal, ia kembali ke Belanda di tahun 1709 sebagai jutawan. Dalam kurun waktu 5 tahun masa jabatannya, van Hoorn pulang ke kampungnya dengan membawa tak kurang dari 10 juta Gulden, & jumlah itu amat besar di masa itu, padahal, gaji resminya sebagai gubernur tidak lebih dari f700 perbulannya.

Perlu diketahui juga untuk korupsi terbesar di Maluku dilakukan Gubernur Alexander Cornabe 1780-1793. Saat dilakukan pemeriksaan kas di tahun 1792, telah ditemukan ketekoran dalam jumlah yang cukup besar. Kemudian Cornabe dikirim ke Batavia untuk menjalani pemeriksaan & dinyatakan bersalah. Ternyata demikian juga ketika menyerahkan kekuasaannya kepada Inggris di Ambon, dalam kedudukannya sebagai Gubernur Kepulauan Ambon, pada tanggal 17 Febuari 1796, Cornabe berhasil menyikat uang pemerintahan sebesar F25.000 untuk dirinya sendiri.

Korupsi yang demikian parah, keruntuhan VOC nampaknya sering dituding sebagai V(ergaan) O(onder) C(oruptie), runtuh karena korupsi. Untuk tindakan yang korupsi yang populer yakni penyelundupan barang ekspor, mark up nota pembelian, sogokan dalam penerimaan pegawai, hingga pembuatan laporan keuangan palsu. Saat Gustaaf Willem Baron van Imhoff di angkat sebagai Gubernur Jenderal Belanda untuk Nusantara (1743-1750), ia dibebani tugas tambahan yang dirumuskan dengan ungkapan “memulihkan kekayaan VOC”. Rumusan tugas tambahan ini bermakna ia harus berupaya memberantas korupsi. Van Imhoff kemudian berupaya keras melakukan tugaasnya. Namun di saat berusaha memulai, ia dihadapkan pada berbagai kesulitan karena adanya tuntutan Cakranigrat IV di Jawa Timur.

Sumber Bacaan
M. Adnan Amal, 2010, Kepulauan Rempah-rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950, Jakarta: KPG (hlm. 266-269).

Demikianlah ulasan yang pada kesempatan yang baik ini dapat dipaparkan, & untuk kurang/lebihnya mohon maaf. Semoga bermanfaat & semoga anda sukses! cukup sekian & sampai jumpa!